Sapi potong merupakan ternak yang dibudidayakan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Budidaya ternak sapi potong sudah dikenal secara luas oleh masyarakat kita. Jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan harga daging yang relatif tinggi memotivasi para pembudidaya untuk terus tetap bersemangat dalam mengembangkan budidaya ternak sapi potong. Bangsa ternak sapi potong yang dibudidayakan juga beraneka ragam, mulai dari peranakan ongole (PO) dengan ciri khas berpunuk, Simmental, Brahman, limousine, dan pada beberapa daerah juga ada yang mengembangkan sapi potong bangsa Fries Holland (FH).


Budidaya ternak sapi potong yang umumnya kita kenal terdiri dari budidaya pembibitan (breding) dan budidaya penggemukan (Fatening). Waktu penggemukan relatif singkat yaitu butuh waktu sekitar 3 sampai 7 bulan untuk sapi PO maupun sapi Simmental. Kemampuan ternak dalam memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan merupakan nilai unggul ternak sapi potong yang membuat semakin banyak peternak yang semakin tertarik untuk terus mengembangkan dan membudidayakan ternak sapi potong.
 
Dewasa ini, kita dihadapkan istilah baru pada budidaya ternak sapi potong, yaitu feedlot yang tujuannya hampir sama dengan penggemukan. Kemudian yang muncul dalam benak kita adalah apakah sama antara feedlot dengan penggemukan sapi potong. Penggemukan merupakan usaha budidaya ternak dalam waktu tertentu dengan cara membeli bakalan untuk kemudian diberi pakan untuk meningkatkan bobot badan sapi, dan pada waktu yang telah ditentukan sapi tersebut dijual untuk dipotong. Jika kita bandingkan dengan feedlot, pada feedlot pemeliharaan dan penggemukan dilakukan secara intensif dengan waktu tertentu yang telah ditetapkan, misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 9 bulan. Pada feedlot sering dilakukan rekayasa pakan untuk mendapatkan pakan dengan kualitas nutrisi yang baik tapi bernilai ekonomis, sehingga bobot potong yang tinggi dan kualitas karkas yang baik dapat tercapai.

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menerapkan teknologi feedlot dibandingkan dengan penggemukan yaitu lahan yang dibutuhkan untuk budidaya relatif tidak sebanyak biasanya, karena sudah diprogram dengan lahan tertentu untuk jumlah ternak tertentu dan dalam jangka waktu tertentu ternak tersebut diganti dengan ternak bakalan yang baru. Manajemen tata laksana pemeliharaannya juga relatif lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga kita dapat dengan mudah melakukan pengawasan terhadap aktivitas usaha ternak. Limbah yang dikhawatirkan akan menimbulkan masalah, dapat dimanfaatkan seperti untuk biogas dan pupuk kandang, sehingga memberikan kontribusi pendapatan pada usaha budidaya ternak.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam feedlot ini, yaitu bahwa bahan pakan harus tersedia secara melimpah dan kontinyu, bakalan tersedia dan kontinyu, ketersediaan modal, ternak sehat, memiliki kemampuan analisis pasar dan penjualan ternak di pasar. Demikianlah sekilas tentang teknologi feedlot pada ternak sapi potong, semoga dapat memberikan nilai tambah bagi ilmu pengetahuan tentang peternakan di Indonesia. Jika ingin berdiskusi mengenai feedlot, silahkan poskan komentar anda dibawah tulisan artikel ini. Semoga bermanfaat.

 

By. Priyono, S.Pt
Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro
Email: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.